I.
Pendahuluan
Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka
saat ini memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam
menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih baik. Keadaan ini
juga memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang
seleksi alam yang kompetitif, sehingga diyakini hanya manusia dengan kualitas
unggul sajalah yang akan mampu survive.
Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan,
paradigma belajar sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting;
diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat
cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang demikian. Hal
ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut kemampuan belajar yang
lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan
yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu
memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan yang
berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan kemampuan menyerap
serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep belajar dan
pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Pada saat laju perubahan ibarat
prahara yang selalu menantang, pengajaran dan cara belajar tradisional sulit
dipertahankan. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya tertuju pada upaya
mengembang-kan kemampuan berpikir, tetapi lebih dari itu, juga mencetak
manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha meningkatkan kualitas
kehidupannnya.
Meskipun kesadaran tentang pentingnya perubahan
dalam orientasi belajar ini sudah makin meluas, tetapi harus dipahami pula
bahwa aktivitas belajar setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung
sebagaimana mestinya. Kadang-kadang aktivitas itu dapat berjalan dengan
lancar, dan kadang-kadang seret. Ketika belajar, seseorang ter-kadang juga
mengalami situasi yang disebut "jenuh belajar". Kejenuhan belajar
dapat melanda siapapun yang kehilangan semangat dan motivasi belajar. Di
sinilah peran penting seorang pendidik, khususnya dalam proses belajar
mengajar di kelas. Tugas utama pendidik adalah menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif bagi tumbuhnya partisi-pasi, komunikasi, interaksi
belajar mengajar yang menyenangkan dan mencerdaskan.
Keberhasilan pendidikan formal banyak ditentukan
oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, yakni keterpaduan
antara kegiatan pendidik (guru/dosen) dengan kegiatan peserta didik. Kegiatan
belajar-mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan pembelajaran ini banyak
upaya yang dapat dilakukan guru (dosen), misalnya dengan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang berbagai strategi
(metode) pembelajaran, sehingga kegiatan belajar-mengajar lebih efektif dan
efisien.
Kehadiran dosen (guru) dalam proses pembelajaran
masih tetap memegang peranan penting. Peranan mereka belum dapat digantikan
sepenuhnya oleh mesin, tape recorder atau oleh komputer yang paling canggih sekalipun.
Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain, yang diharapkan merupakan hasil
dari proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di
sinilah kelebihan unsur manusia dibandingkan hasil produk teknologi
tersebut. Colin Rose menyatakan bahwa guru adalah anggota suatu
masyarakat yang paling berharga. Nilai tertinggi diberikan pada guru yang
lebih suka membimbing daripada menggurui anak didiknya, dan pada guru yang
mampu merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran kreatif dengan
berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dalam belajar ada
pembelajar yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang, dan ada yang lamban.
Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap guru mampu mengatur strategi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemampuan belajar mereka.
Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan
cara belajar yang lebih cepat, yang dikenal dengan konsep "Accelerated
Learning". Teknik belajar baru ini diharapkan bisa membantu anak didik
belajar lebih cepat dari sebelumnya. Teknik yang ditawarkan ini telah diuji
dalam berbagai penelitian dan eksperimen pembelajaran oleh para ilmuwan dan
pakar psikologi. Cara belajar dalam “Accelerated Learning“ merupakan sebuah
tawaran baru yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, sebagai masukan
terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini dan untuk masa yang
akan datang, khususnya bagi pendidikan Islam.
II.
Prinsip-Prinsip Belajar Cepat
Percepatan belajar adalah
sebuah konsep pembelajaran yang berupaya
untuk
mengoptimalkan
proses internal dalam diri peserta didik ketika sedang belajar, sehingga
terjadi perolehan, pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan baru. Upaya
percepatan belajar yang dikenal dengan konsep Accelerated Learning dalam
penerapannya didasarkan pada prinsip-prinsip berikut.
1.
Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar Bagaimana
Berpikir (Learning How to Think). Lembaga pendidikan modern adalah suatu
lembaga yang seharusnya terus menerus belajar, terus menerus berubah
karena hasil belajar dari pengalaman atau dari
pemikiran-pemikiran inovatif dalam mengantisipasi perubahan yang
datang. Prioritas utama bagi sebuah lembaga pendidikan pada masa yang
berubah sangat cepat seperti sekarang ini adalah mengajarkan kepada anak
didik bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berpikir. Belajar
Bagaimana Belajar menjadi begitu penting, karena ketika seseorang mempelajari
cara belajar, kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat. Ketika
seseorang mempelajari cara belajar, maka orang tersebut tidak hanya
bisa menghadapi teknologi baru dan perubahan, akan tetapi juga dapat
menyambut baik kedatangannya. Belajar Bagaimana Belajar berarti mempelajari
cara otak bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya,
menghubungkannya dengan konsep lain, dan mencari pengetahuan baru dengan
cepat kapanpun memerlukannya. Selain itu, belajar bagaimana berpikir
secara logis dan kreatif adalah satu hal yang sangat penting jika ingin dapat
memecahkan masalah sosial dan personal secara efektif. Dalam ajaran
Islam, terdapat banyak ayat-ayat Al-Qur’an atau sabda-sabda Nabi saw
yang secara implisit mengandung motivasi yang mendorong manusia untuk
berpikir dan menyelidiki alam kehidupannya sendiri dan lingkungan alam
sekitarnya. Misalnya, firman Allah Surat Ali 'Imran 190 – 191 :
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".
2.
Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri. Menjadikan
proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan adalah sangat penting.
Karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk
memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar. Dalam bukunya
Quantum Learning, Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengangkat hal tersebut
sebagai falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam kurikulum. Agar bisa efektif,
belajar dapat dan harus menyenangkan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup
yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Senada dengan
falsafah yang diangkat oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam Quantum
Learning, maka dalam khasanah pendidikan Islam juga ditemukan pemikiran yang
serupa. Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, misalnya, memandang
sangat penting membuat proses pendidikan menjadi suatu proses pendidikan yang
menggembirakan dan menciptakan kesan baik pada diri pelajar. Tidak jauh
berbeda dengan falsafah yang diangkat dalam Quantum Learning serta pendapat
Syaibany tersebut, maka Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl juga mengangkat hal
ini sebagai salah satu filosofi Accelerated Learning. Syarat bagi
pembelajaran yang efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan “seperti masa
kanak-kanak”, yang mendukung dan menggembirakan (“bermain”). Pandangan ini
dipromosikan oleh seorang ahli psikologi terkenal, Mihaly C., yang selama
lebih dari 20 tahun mengkaji apa yang disebut “aliran”, yaitu keadaan
konsentrasi yang menghantarkan pada pengalaman yang optimal, suatu kesadaran
yang demikian terfokus, sehingga pelakunya terserap penuh dalam suatu
kegiatan. Ini terjadi ketika seseorang menikmati perasaan yang sangat nyaman
tanpa keterpaksaan dan menjalankan kegiatan dengan puncak kemampuannya.
Apabila proses belajar mengembirakan, maka motivasi akan tinggi. Itulah
sebabnya mengapa peran lingkungan sangat penting dan mengapa para guru harus
memperlihatkan antusiasme mereka kepada anak didik.
Untuk
mencapai tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan kelas harus ditata
sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif, yang dapat mempengaruhi
siswa secara positif dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif dapat
menumbuhkan motivasi anak dalam belajar, penyajian bahan pelajaran dapat
disuguhkan dengan penuh makna serta memberi kesan tersendiri kepada siswa.
3.
Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan
multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan. Dalam proses
belajar mengajar di kelas, guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda
jenis kecerdasannya. Ada sebagian siswa yang membutuhkan penggambaran visual
dan fisik dari konsep-konsep yang diajarkan. Sebagian lagi lebih suka kerja
otak yang abstrak, sebagian lainnya memerlukan gagasan-gagasan yang
diungkapkan secara verbal. Selain itu, ada pula yang lebih suka jika diberi
jawaban-jawaban secara langsung. Dengan demikian, guru harus siap melibatkan
berbagai berbagai jenis kecerdasan yang dibawa oleh siswa ke dalam kelas.
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl membagi gaya belajar menjadi tiga, yaitu
visual, auditori, dan kinestetik. Cara yang efektif dalam belajar yaitu
menggunakan sebanyak mungkin kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah
seseorang akan mengalami dan menghayati apa yang tengah dipelajari secara
utuh. Guru tidak perlu khawatir untuk mengidentifikasi gaya belajar yang
disukai setiap siswa. Namun demikian, guru harus mampu merancang
berbagai macam aktivitas yang mengga-bungkan sebanyak
mungkin jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan berganda ke
dalam isi dan rancangan pembelajaran, maka guru telah membantu siswa secara
otomatis mendapatkan lebih banyak makna dan rangsangan otak dalam proses
belajarnya, sekaligus memberinya lebih banyak variasi dan kesenangan, serta
mengembangkan dan memperkuat kecerdasan mereka.
4.
Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat sepenuhnya
dalam pendidikan anak-anak. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan
pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh
anak dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur
pendidikan sekolah (formal) memerlukan kerja sama antara orang tua dan
sekolah (pendidik). Menurut Abdullah Nasih Ulwan harus ada kerjasama
antara rumah, masjid dan sekolah untuk membentuk kepribadian anak yang
meliputi aspek ruhani, jasmani, akal, dan jiwanya, sehingga menjadi lebih matang.
Kerjasama ini tidak akan berjalan dengan sempurna kecuali dengan adanya dua
syarat pokok, yaitu: (1) pengarahan di rumah dan di sekolah hendaknya tidak
bertentangan; (2) hendaknya saling membantu dan kerjasama itu bertujuan untuk
menegakkan penyempurnaan dan keseimbangan dalam upaya membina pribadi yang
Islami.
Colin Rose
dan Malcolm J. Nichollpun juga berpendapat tentang pentingnya peranan
orangtua dan masyarakat dalam pendidikan anak-anak. Orang tua harus
dilibatkan secara penuh dalam pendidikan anak-anak. Orang tua adalah orang
yang paling mengetahui anak-anaknya. Merekalah orang yang paling tahu riwayat
hidup seorang anak dan cara khasnya mendekati dunia sekitarnya. Setiap orang
tua harus membuat para guru sadar akan bakat “terpendam” yang dimiliki anak-anak
mereka. Oleh karena itu rumah menjadi lembaga pendidikan terpenting dan
orang tualah yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama.
5. Sekolah
harus menjadi ajang persiapan yang sebenarnya bagi kehidupan dunia nyata.
Dilihat dari segi fungsi sosialnya, maka sekolah mempunyai beberapa fungsi
yang harus diperankannya. Fungsi sekolah tersebut antara lain:
a.
Mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
b.
Memberikan keterampilan dasar
c.
Membuka kesempatan memperbaiki nasib
d.
Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
Sedikit
berbeda dengan fungsi sekolah menurut Nasution, dalam Accelerated Learning
sekolah memegang peranan penting untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam
menghadapi kehidupan yang akan dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan
para siswa untuk tantangan-tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika
keluar dari sekolah. Hal ini juga dijelaskan oleh Renate Nummela Caine
dan Geoffrey Caine dalam bukunya, 'Making Connections: Teaching and the Human
Brain' sebagaimana dikutip oleh Gordon Dryden dan Jeannette Vos bahwa salah
satu fungsi sekolah adalah menyiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata.
Mereka perlu disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan yang
mereka hadapi, dan kemampuan yang perlu mereka kuasai.
6.
Gunakan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu dalam bidang bisnis harus mengilhami
dunia persekolahan. Ada beberapa prinsip kunci dari TQM yang dapat membantu
menuju sistem sekolah yang sukses.
a.
Mengkonsentrasikan pada proses. Manajemen Mutu Terpadu bertujuan untuk
secara berkesinambungan meningkatkan kualitas produk (dalam hal ini hasil
pendidikan) dengan melibatkan setiap orang dalam meningkatkan proses yang
dengannya “produk” itu diproduksi. Guru, administrator, orangtua dan siswa
harus memberikan masukan dan saran pada apa yang diajarkan dan secara
langsung dilibatkan dalam bagaimana ia dipelajari. Ketika para siswa mampu
menganalisis cara belajarnya sendiri (proses), maka mereka dapat bekerja sama
dalam menghasilkan output pendidikan yang bermutu. Dan ketika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi dan meningkatkan setiap
proses belajarnya sendiri di kelas, maka sesungguhnya mereka sedang
menciptakan basis bagi pendidikan yang bekualitas.
b.
Kualitas ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan di sini adalah siswa dan
orangtua. Pendidikan yang bekualitas akan mendorong minat siswa dan
membuatnya keranjingan belajar. Ketika siswa merasakan nikmat dan senangnya belajar,
maka motivasi ekstrinsik seperti nilai, hadiah dan ancaman menjadi lemah
dibanding motivasi intrinsik, yakni selalu ingin meningkatkan prestasinya
dari sebelumnya.
c.
Produk akan dihasilkan oleh visi awal. Siswa perlu dilibatkan
dalam menetapkan norma dan aturan di dalam kelas, dan orangtua juga harus
dilibatkan dalam menetapkan visi yang jelas tentang untuk apa pendidikan itu,
karena dengan adanya kesepakatan tentang nilai dan visi bersama, maka setiap
pihak akan mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan tanpa harus diberi tahu.
d.
Seluruh sistem harus berubah, bukan hanya sebagian. Orang-orang yang
bekerja dalam sebuah sistem tidak dapat berbuat lebih baik dari yang
dimungkinkan sistem tersebut. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, maka
haruslah mengubah sistemnya. Agar guru dapat memperoleh hasil yang diinginkan
dalam menerapkan gagasan-gagasan dalam Accelerated Learning maka semua guru,
pengelola sekolah, orangtua dan siswa harus bekerja sama untuk mencapai hasil
yang disepakati.
III.
Konsep Cara Belajar Cepat
Konsep
cara belajar cepat diawali oleh pandangan Colin Rose dan Nicholl tentang
adanya beberapa hal yang menjadi karakteristik tahun-tahun terakhir yang
penuh pancaroba dari millenium II yang baru lalu. Hal tersebut merupakan tantangan
yang harus dijawab oleh setiap orangtua, pendidik, pelaku bisnis dan
pemerintahan. Keberhasilan pada abad mendatang akan bergantung pada
sejauhmana seseorang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat
untuk menguasai kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang saling
berhubungan satu sama lain. Perubahan dunia yang begitu cepat menuntut
kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus meningkat
menuntut kemampuan yang sesuai untuk menganalisis setiap situasi secara
logis dan memecahkan masalah secara kreatif. Prioritas utama bagi lembaga
pendidikan adalah mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara belajar dan
bagaimana cara berpikir. Hanya dengan dua ketrampilan super inilah seseorang
dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara
ekonomi tidak bergantung dan tidak akan menganggur pada abad ini. Kedua
keterampilan tersebut akan menghasilkan kemandirian dan kepercayaan diri.
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengelola cara belajar sejak dini,
untuk menguasai informasi, dan untuk mengetahui bagaimana menggunakan
informasi tersebut guna menghasilkan produk-produk dan jawaban-jawaban
kreatif terhadap berbagai masalah.
Semua hal
tersebut berimplikasi pada kebutuhan mendesak akan keharusan melakukan suatu
perubahan, baik dalam apa yang dipelajari dan bagaimana ia dipelajari.
Belajar bagaimana belajar menjadi sangat penting karena ketika seseorang
mempelajari cara belajar, maka kepercayaan dan keyakinan dirinya akan
meningkat. Ketika seseorang mempelajari cara belajar maka akan memperoleh
kemampuan dasar untuk menjadi pembelajar yang mampu mengatur diri, dan
kemampuan dasar untuk meningkatkan pengembangan pribadi. Selain itu juga akan
memiliki kekuatan untuk berubah dari konsumen pendidikan yang pasif menjadi
pengelola pembelajaran dan kehidupan yang aktif bagi diri sendiri.
Menurut
Colin dan Malcolm, belajar bukan hanya untuk mengetahui jawaban-jawaban, juga
bukan sekedar untuk mengetahui penggalan dari suatu batang tubuh pengetahuan.
Belajar juga tidak hanya diukur dengan indeks prestasi dan nilai ujian saja.
Akan tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi
tanpa akhir untuk menciptakan pemahaman personal. Petualangan tersebut
haruslah melibatkan kemampuan untuk secara terus menerus menganalisis dan
meningkat cara belajar, serta kemampuan menyadari proses belajar dan berpikir
diri sendiri. Belajar haruslah dimulai sedini mungkin dan terus berlangsung
seumur hidupnya, serta mengimplementasikan apa yang dipelajari.
Seseorang
akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan ketika orang tersebut
mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasannya yang paling kuat. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian orang mungkin kurang mampu dalam suatu jenis
kecerdasan. Akan tetapi karena gabungan dan paduan khusus keterampilan yang
dimilikinya, dia mungkin mampu mengisi dengan baik beberapa kekurangannya
secara baik.Tapi umumnya semakin baik seseorang mengembangkan kecerdasannya
yang lain, maka akan semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam
kehidupan yang luas aspeknya.
Metode
belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-masing individu
memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter dirinya.
Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik
yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar
dengan cara yang paling alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah
menjadi lebih mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin
Rose dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para
guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka mereka akan menjamin
bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan ketika para guru bekerja dalam
urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu
menyenangkan, efektif, dan cepat.
Kecerdasan
hanyalah sehimpunan kemampuan dan ketrampilan. Seseorang dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasannya dengan belajar menggunakan kemampuannya
sendiri secara penuh. Strategi Cara Belajar Cepat akan memberikan “sarana
usaha” untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Dan berikut
ini penulis akan memaparkan lebih jauh beberapa strategi cara belajar cepat.
IV.
Strategi Cara Belajar Cepat
Strategi
cara belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan paduan dari
metode-metode yang dibagi menjadi enam langkah dasar yang dapat dingat dengan
mudah dengan menggunakan singkatan M – A – S – T – E – R. Kata
ini diciptakan oleh pelatih terkemuka Cara Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl.
Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl
adalah sebagai berikut:
1.
M adalah Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Dalam
memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan pikiran yang
“kaya akal”, Itu berarti harus dalam keadaan relaks, percaya diri dan
termotivasi. Jika mengalami stress atau kurang percaya diri atau tidak dapat
melihat manfaat dari sesuatu yang dipelajari, maka ia tidak akan bisa belajar
dengan baik. Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu
adalah prasyarat mutlak. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh
keterampilan atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya betul-betul
mampu belajar, dan bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak yang
bermakna bagi kehidupannya. Jika belajar hanya dianggap sebagai tugas belaka,
maka besar kemungkinannya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu,
sebagai langkah penting pertama untuk memulai proses belajar, harus dapat
menemukan AGB (Apa Gunanya Bagiku). Menanyai diri sendiri, memperdebatkan
informasi yang ada, menanyai diri sendiri dengan pertanyan seperti “Apakah
ini benar? Apakah ini dapat dimengerti?” adalah bagian-bagian yang esensial
dari proses belajar, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjaga
fokus perhatian.
2.
A adalah Aquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Dalam
belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap fakta-fakta dasar
subyek palajarran yang dipelajari melalui cara yang paling sesuai dengan
pembelajaran inderawi yang disukai. Walaupun ada sejumlah strategi belajar
yang harus diimplementasikan oleh setiap orang. Tetapi juga ada perbedaan
pokok sejauh mana seseorang perlu melihat, mendengar, atau melibatkan diri secara
fisik dalam proses belajar. Dengan mengidentifikasi kekuatan visual, auditori
dan kinestetik, maka seseorang askan dapat memainkan berbagai strategi yang
menjadikan pemerolehan informasi lebih mudah daripada sebelumnya.
Ada
beberapa strategi yang ditawarkan Colin dan Malcolm dalam memperoleh
informasi agar lebih mudah :
a.
Dapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek yang
dimaksudkan. Otak atau pikiran mampu merasakan keseluruhan dan sebagian dari
suatu hal secara bersamaan. Otak secara aktif sibuk dalam “pembuatan makna”,
yaitu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sementara
secara bersamaan memisahkan informasi ke dalam tempatnya masing-masing.
Misalnya dalam membaca sebuah buku, cobalah membuka sekilas-sekilas seluruh
halamannya. Catatlah (dalam hati) tajuk-tajuk bab, sub-sub tajuk bab, dan
ilustrasi. Berhentilah sejenak, kemudian baca cepat suatu bagian yang
benar-benar menarik perhatian. Inilah cara efektif umtuk mulai belajar.
b.
Kembangkan gagasan inti
Setiap
subyek pasti memiliki gagasan inti atau gagasan pokok. Dengan memahami
gagasan inti, segala sesuatunya yang lain akan mudah dimengerti. Sekali bisa
memahami gagasan pokoknya, seluruh subyeknya akan menjadi menarik.
c.
Buat sketsa dari apa yang telah diketahui
Dalam
memulai proses belajar perlu membuat beberapa catatan tentang apa yang telah
diketahui yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari.
Pertama-tama
adalah mencatat apa yang telah diketahui. Barulah kemudian mencatat apa saja
yang dibutuhkan untuk menemukan lebih banyak informasi yang terkait
dengannya. Ini akan mendorong untuk mulai merumuskan pertanyaan-pertanyaan
dalam pikiran, kemudian mulai mencari jawaban-jawabannya dan akhirnya akan
melibatkan sepenuhnya seseorang dalam proses belajarnya.
d.
Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil
Banyak
pelajar yang gagal sebelum memulai belajar karena merasa apa yang sedang
dilakukan sangar membebani. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memecah-mecah apa yang sedang dipelajari ke dalam bagian-bagian kecil. Dengan
mendapatkan informasi bagian per bagian akan memperoleh sukses kecil yang
berkesinambungan tanpa tekanan mental.
e. Bertanyalah terus
Dengan
mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan membuat pikiran tetap
fokus, dengan mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
disusun akan menjaga ketertarikan terhadap subyek yang dipelajari.
f.
Kenali gaya belajar sendiri
Walaupun
masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan berbagai
cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati secara umum
adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana
kita menyerap informasi dengan mudah dan kedua, cara kita mengatur dan
mengolah informasi tersebut. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Jika
seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat mengambil
langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih cepat dan lebih
mudah. Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara
langkah-langkah pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai
modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Seperti yang telah
diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar dari apa yang mereka
lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita
belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu,
kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Mengidentifikasi
dan memahami belajar sendiri dan gaya-gaya belajar orang lain, akan membuka
pintu untuk meningkatkan kinerja dan prestasi serta memperkaya pengalaman
dalam setiap aspek kehidupan. Seseorang akan mampu menyerap informasi lebih
cepat dan mudah, dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling
disukai untuk menerima informasi, dapat berkomunikasi jauh lebih efektif
dengan orang lain dan memperkuat pergaulan dengan orang lain.
3.
S adalah Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah
fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses belajar. Menanamkan
informasi pada memori mengharuskan seseorang untuk menyelidiki makna
seutuhnya secara seksama dengan mengeksplorasi bahan subyek yang
bersangkutan. Mengubah fakta menjadi makna adalah arena di mana ke
delapan kecerdasan berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan adalah sumber daya
yang bisa diterapkan ketika mengeskplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta dari
materi pelajaran. Teori Delapan Kecerdasan dikemukakan oleh Gardner, yang
secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1)
Kecerdasan Linguistik (bahasa), yaitu kemampuan membaca, menulis, dan
berkomunikasi dengann kata-kata atau bahasa.
2)
Kecerdasan Logis-Matematis, adalah kemampuan berpikir (menalar) dan
menghitung, berpikir logis dan sistematis.
3)
Kecerdasan Visual-Spasial, adalah kemampuan berpikir menggunakan
gambar, membayangkan berbagai hal pada mata pikiran.
4)
Kecerdasan Musikal, adalah kemampuan mengubah atau menciptakan musik,
dapat bernyanyi dengan baik, atau memahami dan mengapresiasi musik.
5)
Kecerdasan Kinestetik–Tubuh, adalah kemampuan menggunakan tubuh secara
terampil dalam memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemuka-kan
gagasan dan emosi.
6)
Kecerdasan Interpersonal (sosial), adalah kemampuan bekerja secara
efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan
empati dan pengertian, memperhatikan motivasi dan tujuan mereka.
7)
Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan manganalisis diri sendiri,
mampu merenung dan menilai prestasi diri, serta mampu membuat rencana dan
menyusun tujuan yang hendak dicapai.
8)
Kecerdasan Naturalis, yaitu kemampuan mengenal flora dan fauna,
melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif.
Dengan
menggunakan semua jenis kecerdasan tersebut akan mendorong seseorang berpikir
dalam cara baru, mampu menghidupkan informasi, menjadikannya mudah diingat,
memungkinkan seseorang menginterpretasikan fakta, mengubahnya dari
pengetahuan permukaan menjadi pemahaman mendalam, mengaitkan yang baru dengan
yang sudah diketahui, membandingkan, menarik kesimpulan, dan menjadikan semua
dapat digunakan dan bermakna bagi diri sendiri.
4.
T adalah Triggering the Memory (Memicu Memori)
Memori
menjadi bersifat menetap atau semestara, sangat tergantung pada bagaimana
kekuatan informasi “didaftarkan” untuk pertama kalinya pada otak. Itulah
sebabnya mengapa sangat penting untuk belajar dengan cara melibatkan indra
pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja, serta yang melibatkan
emosi-emosi positif. Semua faktor tersebut membuat memori menjadi kuat.
Di samping
setiap orang memiliki berbagai tipe kecerdasan yang berbeda, mereka juga
memiliki daya ingat (kemampuan mengingat) yang berbeda pula. Sebagian orang
sangat baik dalam mengingat nama, wajah, atau angka, namun tidak
ketiga-tiganya sekaligus. Akan tetapi sebenarnya setiap jenis memori dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode pelatihan yang benar. Dan berikut ini
adalah beberapa metode untuk mengingat informasi yang sederhana maupun yang
kompleks agar dapat tersimpan dalam memori:
a.
Memutuskan untuk mengingat
Seseorang
ingat sesuatu yang ingin dingatnya. Kata-kata kuncinya di sini adalah ingin.
Seseorang harus membuat keputusan secara sadar bahwa ingin mengingat sesuatu.
Jika seseorang ingin belajar sesuatu, harus memilihnya secara sadar. Harus
menentukan pilihan (keputusan) untuk mengingat atau tidak mengingat. Beberapa
ahli mengatakan bahwa untuk memasukkan informasi kedalam memori jangka
panjang, harus memusatkan pikiran padanya selama paling tidak delapan detik.
b.
Ambillah jeda, dan sering-seringlah
Dalam
mengikuti suatu sesi kerja yang lama perlu mengambil jeda atau rehat
setidaknya setiap 30 menit, dan hanya butuh waktu 2 hingga 5 menit, tetapi
akan menjadi istirahat yang lengkap dari apa yang tengah dipelajari. Hal ini
karena seseorang akan mengingat dengan sangat baik informasi yang didengar atau
dilihat pada awal dan akhir suatu sesi belajar, maka dari itu dengan
mengambil beberapa kali jeda, akan mengingat lebih banyak informasi yang
diberikan di tengah-tengah.
c.
“Ulangi” selama dan sesudah belajar
Pengulangan
dan peninjauan kembali materi yang dipelajari merupakan tahap-tahap sangat
penting dalam menciptakan memori jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa
seseorang akan mengingat suatu informasi lebih lama setiap kali
mengulanginya. Jika ingin mengingat sesuatu yang baru, ulangilah hal itu
segera, dan ulangi lagi setelah 24 jam, lalu setelah satu minggu, setelah dua
minggu, satu bulan dan enam bulan. Setelah itu sesorang akan mampu
mengingatnya terus jika mengulanginya setiap enam bulan.
d.
Ciptakan Memori Multi-Sensori
Setiap
manusia memiliki memori terpisah atas apa yang dilihat, didengar, diucapkan,
dan dikerjakan. Karena itu, pengalaman multi-sensori akan memperluas dan
memperdalam potensi seseorang dalam mengingat. Maka, pastikan bahwa ada
pengalaman-pengalaman visual (lihat/pandang), auditori (dengar), dan
kinestetik (gerak-laku).
e.
Ciptakan Akronim (Singkatan)
Akronim
(singkatan) adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal, atau
masing-masing bagian dari sekelompok kata, atau istilah gabungan.
Membuat berbagai akronim akan membuat lebih banyak memori menjadi menetap.
f.
Kilatan Memori
Cara
mengingat dengan teknik kilatan memori sangat efektif dan sederhana. Pada
kenyatannya ketika cara itu digunakan di kelas, kebanyakan siswa memilihnya
sebagai satu strategi yang paling baik untuk mengingat. Berikut ini cara yang
dimaksud :
1)
Buat catatan dalam bentuk peta konsep atau daftar ringkas
2)
Pelajari dengan seksama selama satu atau dua menit
3)
Kesampingkan catatan itu, lalu buat lagi peta konsep berdasarkan
ingatan.
4)
Kini bandingkan kedua peta konsep, akan segera terlihat ada yang
terlewat.
5)
Sekarang buatlah peta konsep yang ketiga, kemudian bandingkan dengan
yang pertama. Suatu gagasan yang bahkan lebih baik adalah mengikat bersama
kekuatan kilatan memori dengan sebuah akronim.
g.
Kartu Belajar
Beberapa
subyek cukup ideal bagi kartu-kartu belajar, misalnya rumus-rumus
ilmiah atau kata-kata asing. Gunakan kartu-kartu itu
pada waktu santai untuk mengulang dan menguji diri sendiri.
h.
Belajar Secara Menyeluruh
Dalam
mempalajari bahan yang banyak jangan melakukannya baris demi baris,
pelajarilah secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Metode ini lebih efektif
daripada metode “dari bagian ke keseluruhan” karena metode ini dimulai dari
gambaran besar, pola yang menyeluruh, dan itu bersifat multi sensori.
i.
Ubahlah Ke Dalam Bentuk Cerita
Seseorang
bisa menambahkan dimensi lain dengan membuat sebuah cerita untuk membantu
mengingat butir-butir kunci.
j.
Iringi Dengan Musik
Dalam dunia
pendidikan, pengaruh musik terhadap peningkatan kemampuan akademik sudah
cukup lama diyakini, selain dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
kehidupan anak-anak, juga dapat merangsang keberhasilan akademik jangka
panjang. Musik sebagai bentuk seni, diintegrasikan penyajiannya dalam bidang
studi lain di sekolah dapat meningkatkan hasil belajar bidang studi itu
selain hasil belajar musik sendiri. Musik dan ritme membuat seseorang
lebih mudah mengingat. Hal ini disebabkan karena musik sebenarnya berhubungan
dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama melakukan pekerjaan
mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat.
Gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan
meditasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur.
Biasanya akan sulit berkonsentrasi ketika benar-benar relaks, dan sulit untuk
relaks ketika berkonsentrasi penuh. Jadi relaksasi yang diiringi dengan
musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
5.
E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda
Ketahui)
Untuk
mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang dipelajarinya bisa
dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan menguji diri sendiri.
Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah mengetahui suatu subyek dengan
pengetahuan yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Menguji diri harus
menjadi penjabaran otomatis dan langsung atas kemampuan yang dimiliki. Ketika
seseorang menjadikan uji diri sebagai bagian otomatis dari teknik belajar
maka seseorang akan menjadi “lebih mampu melihat fakta” atas kesalahan yang
mungkin dilakukan. Seseorang akan mulai mengerti bahwa kesalahan mempunyai
peran cukup berarti dalam belajar. Kesalahan adalah umpan balik yang
bermanfaat, kesalahan adalah batu loncatan, bukan penghalang. Yang harus
dipikirkan adalah bukan seberapa banyak kesalahan yang dibuat, tetapi apa
jenis kesalahan yang dilakukan. Kesalahan hanyalah terminal-terminal
sementara di jalan menuju sukses. Evaluasi dari teman sebaya dan guru
merupakan bagian penting dalam mencapai puncak pembelajaran, tetapi yang
paling penting adalah evaluasi mandiri. Evaluasi mandiri merupakan metode
berpikir yang tinggi, karena membutuhkan kemampuan refleksi, analisis,
sintesis, dan menilai. Kedua, mempraktikkan apa yang dipelajari kepada
teman atau sahabat. Jika seseorang bisa mengajarkan apa yang diketahuinya
kepada orang lain, maka hal ini menunjukkan bahwa dia telah paham, dan
pengetahuan itu tidak hanya diketahuinya, tapi juga dimilikinya. Ketiga,
menggunakan apa yang telah dipelajari secara bebas dan berjarak dari
lingkungan belajar. Karena itulah mengapa langkah “pamerkan apa yang
diketahui” sangat penting. Menggunakan apa yang telah dipelajari dalam cara
yang berbeda, meningkatkan, serta mengembangkannya adalah penguasaan yang
sebenarnya. Keempat, mencari dukungan dari orang lain, baik itu orang tua,
atau teman belajar. Melalui cara ini akan didapatkan umpan balik langsung
tentang ketepatan dan keefektifan cara belajar yang digunakan serta cara
menpresentasikannya. Selain itu juga akan mendapat sudut pandang yang berbeda
atas subyek yang dipelajari.
6.
R adalah Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda
Belajar)
Seseorang
perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada apa yang telah
dipelajari, tetapi juga pada bagaimana mempelajarinya. Dalam langkah ini
seseorang meneliti dan menguji cara belajarnya sendiri. Kemudian menyimpulkan
teknik-teknik dan ide-ide yang terbaik untuk diri sendiri. Secara bertahap,
seseorang akan dapat mengembangkan suatu pendekatan cara belajar yang paling
sesuai dengan kemampuan dirinya. Langkah terakhir dalam rencana belajar ini
adalah berhenti, kemudian merenungkan dan menanyakan pertanyaan ini pada diri
sendiri: Bagaimana pembelajaran berlangsung? Bagaimana pembelajaran dapat
berjalan lebih baik? Dan apa makna pentingnya bagi saya?
Mengkaji
dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu mengubah karang
penghalang yang keras menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Sekali
bisa mempelajari kombinasi personal kecerdasan dan cara belajar yang disukai,
maka potensi belajar akan terbuka lebar-lebar. Pemantuan diri, evaluasi diri
dan introspeksi terus-menerus adalah karakteristik kunci yang harus dimiliki
pembelajar yang punya motivasi diri.
V.
Penutup
Konsep
belajar cepat adalah suatu pendekatan dalam dunia pendidikan modern yang
menawarkan alternatif baru dalam proses pembelajaran. Diharapkan, proses
belajar yang selama ini merupakan kegiatan yang membebani siswa (mahasiswa)
dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan efektif. Konsep ini adalah
sebuah konsep belajar yang dilatarbelakangi oleh kecepatan perubahan dunia
yang menuntut adanya upaya untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Upaya itu
adalah dengan terus menerus meningkatkan kemampuan belajar personal dan
menguasai dua ketrampilan utama yang diyakini sebagai ketrampilan super pada
dekade ini, yakni belajar bagaimana belajar dan belajar bagaimana berpikir.
Untuk menguasai dua ketrampilan ini, metode belajar yang dikembangkan dalam
accelerated learning lebih ditekankan pada kecenderungan masing-masing
individu terhadap gaya belajar pribadinya. Dengan cara inilah seseorang akan
dapat belajar dengan menggunakan cara yang paling alamiah, dan yang alamiah
itu akan menjadikan proses belajar menjadi mudah, sedangkan belajar yang
mudah akan menjadikan belajar menjadi lebih cepat.
Implikasi
accelerated learning terhadap proses belajar mengajar di kelas meliputi tiga
konsep dasar, yaitu konsep belajar mengajar, strategi pembelajaran, dan cara
belajar siswa. Konsep belajar mengajar dalam accelerated learning
menuntut adanya interaksi antara guru dan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar di kelas. Harus ada prakarsa dari guru terlebih dahulu untuk
selanjutnya mendapat respon dari siswa. Jadi, antara konsep belajar dan
konsep mengajar harus berjalan beriringan. Dalam strategi pembelajaran guru
dituntut mampu merancang strategi-strategi yang dapat menjadikan proses
belajar berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam cara belajarnya, siswa
diminta mengaplikasikan metode belajar 6 langkah M-A-S-T-E-R pada setiap
kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang 1979)
Departemen
Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, (Mekkah: Komplek Percetakan Al-Quran
Al-Karim Raja Fahd, 1997), hal. 109 – 110.
De Porter,
Bobbi, dkk, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di
Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000)
De Porter,
Bobbi dan Hernacki, Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999)
Djamarah,
Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1997)
Dryden,
Gordon dan Vos, Jeannette, Revolusi Cara Belajar The Learning Revolution,
terj. Word Translation Service, (Bandung: Kaifa, 2000)
Mas'ud,
Abdurrachman, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001).
Meier,
Dave, The Accelerated Learning Hand Book, (Bandung: Kaifa, 2002).
Nasution,
S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1995)
Pekerti,
Widia, Jaurnal Pendidikan dan Kebudayan, No. 002, tahun ke 5,
Maret 2000
Rose,
Colin dan J. Nicholl, Malcolm , Accelerated Learning For The 21 ST Century
Cara Belajar Cepat Abad XXI, ( Bandung: Nuansa, 2002)
Rusyan,
Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Balai
Pustaka,1998)
Sudjana,
Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2000)
Tilaar, H.
A. R, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21,
(Magelang: Indonesia Tera, 1999)
Ulwan,
Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, terj.
Khalilullah Ahmas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992)
Usman, Moh.
Uzer, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mrngajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993).
|